Rasa Percaya [Part II] [Trilogi Cerpen]

   

ilustrasi judul cerpen
  Angin musim hujan bersemilir dingin , Bogor dengan sekejap menjadi hening . Hujan lebat sejak siang tadi baru berhenti sore ini . Dhany , seperti terlahir kembali saat menginjakan kakinya di Villa keluarga Darmawan . Villa disekitar Puncak Mas Bogor. Disekitar sini , dua bulan yang lalu , bersama Sarah menikmati asiknya wisata Para layang .Tapi kini segalanya lahir dengan keadaan yang berbeda . Tak ada senyum pelangi yang menemaninya seperti dulu , Sarah masih belum sadar .

     Sudah seminggu  Sarah dibawa pulang  ke Tanah Air oleh keluarganya sejak Operasi Kangker Otaknya di Singapore . Tapi Sarah masih belum juga sadar dari koma . Joe dengan segala Daya dan Upaya , Berkerja keras untuk kesembuhan Sarah . Tapi Usaha itu belum membuahkan hasil , meski sudah melewati Massa Kritisnya , Sarah belum juga mau bangun . Kini seakan semua orang kehilangan arah , seakan semua orang lupa , bagaimana Rasa Percaya itu pernah menjalar menghangatkan hati mereka .

      Dhany masih beku , dia tatap lagi wajah pucat pasi Sarah , segala macam kabel menempel ditubuhnya , Sarah semakin kurus , rambut panjang ikalnya , kusut . Setiap pagi dan sore Joe memeriksa kondisinya , stabil . Menurut Psikolog , Sarah sendiri yang menolak untuk bangun . Sarah yang tidak berani menghadapi kenyataan , Sarah yang takut diremehkan dan diperlakukan Ekstra hati hati jika orang - orang tahu penyakitnya . Dhany menggeleng , jika Sarah takut , Sarah tidak akan sampai sejauh ini sendirian . Dhany tidak pernah berhenti mempercayai  , Sarah pasti akan segera bangun .

     "Sarah , setiap aku melihatmu , kau      tahu ? . Setiap saat itu pula aku ,  tak akan berhenti mempercayaimu ... "

Baris kalimat itu selalu diucapkan Dhany , berharap Sarah mendengarnya . Dimanapun kini jiwanya sedang terbang , Dhany ingin Sarah tahu , jika dia menunggunya .


      Sarah memang bukan satu-satunya alasan kenapa Rasya menutup diri, bahkan meninggalkan kuliahnya yang hanya tersisa dua semester lagi . Rasa sakitnya kehilangan Mia belum benar-benar sembuh , dan Rasya tidak bisa membayangkan jika Ia pun harus kehilangan gadis kecilnya , Sarah . Setelah hujan berhenti Rasya meninggalkan ruang tengah , tempat Sarah dirawat , Rasya memilih menghabiskan sisa sore itu diatap Villa , merasakan udara dingin yang menusuk kulitnya .

        "Rasya ... makanlah ...  "

Ucap Isa yang datang membawa nampan berisi Nasi goreng dan segelas Teh Hangat , Isa meletakanya dimeja bundar yang dinaungi payung besar , sisa-sisa air hujan tertinggal dimeja itu .

        "Isa ... terimakasih . Tapi aku belum   lapar "

Jawab Rasya membalikan badan , menoleh ke arah Isa yang masih mematung memeluk nampan .

     "Kalau begitu, setidaknya makanlah sedikit untuk menghargaiku dan sedikit lagi untuk dirimu sendiri , agar kau tidak sakit  "

Isa pergi begitu saja , setelah mengatakan kalimat itu . Kalimat yang selalu dikatakan Isa agar Rasya mau makan . Rasya sendiri merasa , seolah setiap kali pertemuanya dengan Isa selalu diputar ulang , karena dialog mereka selalu sama . Perlahan dia menghampiri meja itu , ia suap meski sedikit . Rasya mengerti , sifat Isa yang begitu dingin , hanya untuk menghindari perang mulut yang selalu terjadi diantara mereka setiap jam makan tiba .

   
      Beberapa orang kerabat keluarga Darmawan berkunjung kesini , menjenguk Sarah . Ruang keluarga di Villa itu mendadak ramai , Ruang keluarga yang kini dipenuhi Sofa dan bantal , bahkan kasur lipat . Karena tidak jarang mereka tidur beramai-ramai diruangan ini . Sofa yang ada disamping ranjang tempat Sarah dirawat itu adalah Sofa yang selalu digunakan Dhany menunggui Sarah , bahkan hingga tidurpun Dhany lebih sering disofa ini dibanding tidur dikamar tamu yang sudah disediakan .

        "Dhany , tidurlah . Sudah larut . Biar aku yang menjaga Sarah "

Ucap Isa menghampiri Dhany , sekejap dhany menengadahkan kepalanya menatap Isa

        "Kau yang harus istirahat Isa , kau sudah cukup lelah mengurusku dan
         Rasya ... tidurlah ... "

Isa tidak menjawab , dia mengambil tempat disamping Dhany .

        "Sarah selalu menceritakan mu setiap dia menelponku, saat aku di Bandung , dia bercerita dengan sangat bersemangat "

Isa mengatakan hal itu sambil tak berpaling dari wajah Sarah , meski kini Isa tahu Dhany menatapnya dengan Rasa ingin tahu

        "Apa yang sarah ceritakan ? "

        "Sarah bilang , kau itu orang yang kehilangan semangat hidup , dan dia harus  tahu penyebabnya . Dia ingin menunjukan kepadamu jika dunia itu tak
 seburuk keputus asaan mu . Itu kenapa dia mengajakmu berlibur "

Dhany kehilangan kata-katanya sendiri , kini hatinya semakin bergetar dahsyat . 

 
          "Sarah tidak terima , saat aku bilang , kadang seseorang memiliki
 cara sendiri untuk menikmati hidupnya , Sarah justru menjawab ,Hidup itu jangan terlalu lurus , nanti bosan . Tapi jangan terlalu Liar nanti tidak bisa merasakan damai . Dia ingin membuatmu sedikit
 merasakan jika dunia itu tidak melulu dalam kesedihan . Banyak hal  yang lebih pantas dinikmati ... "


Dhany masih mendengarkan cerita Isa , saat pikiranya melayang teringat bagaimana cara Sarah menatapnya seperti orang lapar .

        "Aku merindukanya "

Kemudian hanya itu yang terucap dari bibir Isa . Tangisnya pecah didepan Dhany . Dhany sendiri tak bisa berbuat banyak , mungkin jika Ia seorang wanita dia juga akan menangis seperti Isa . Dhanypun sama , dhany tahu rasanya bagaimana rasa rindu itu berubah sangat mematikan , padahal orang itu ada dihadapanya .


•••


    Isa mengabsen satu persatu rakyatnya yang duduk dimeja makan untuk Sarapan , liburan semester pertamanya akan didedikasikan untuk membantu menjaga Sarah di Villa ini . Alih-alih menjaga Sarah , kehadiranya disini justru lebih pantas dibilang Menjaga Rasya dan Dhany . Dhany kini sudah ada dimeja makan bersama anggota keluarga yang lain , dikawal Maid Pribadinya , tinggal Rasya , orang tua itu selalu sulit dijinakan , batin Isa. Pagi ini Isa menemukan Rasya sedang menatap kolam renang , seolah ingin menguras isi kolam itu

  
       "Rasya ... sudah waktunya sarapan , keluargamu menunggumu dimeja makan "

Rasya tidak menoleh sedikitpun saat menjawab

       "Apa kau datang hanya untuk selalu menawarkan makan ?
        Apa kau disewa untuk menjadi ahli gizi ku saat liburan ?
        Kalau memang iya , maka aku tidak membutuhkan mu .
        Aku tidak ingin percakapan kita selalu terulang dengan dialog
        yang terus menerus sama ....  "


Isa memicingkan matanya mendengar jawaban Rasya , Sakit . Hatinya sangat Sakit . Isa memang bukan anak Konglomerat yang bisa meninggalkan kuliahnya seenaknya seperti yang dilakukan Rasya dan Dhany , Isa masih memiliki banyak adik dan dia kuliah disinipun karena Beasiswa ,itu kenapa ia tidak bisa main-main dengan kuliahnya. Tapi bukan berarti Rasya bisa berkata semaunya . Menjadi ahli gizinya selama liburan ?  Dan Rasya tidak membutuhkanya , Isa marah , dia menarik paksa lengan Rasya , membuat Rasya menatapnya


     "Kamu pikir apa yang bisa aku lakuin untuk orang putus asa kayak kamu ?!
 (Orang yang udah gak niat hidup !! . Aku lakuin ini karena aku peduli , tapi apa Kamu mau tahu ?! . Yang kamu tahu itu hanya Mia yang udah gak ada dan
 Sarah yang sedang koma !! . Kalo emang kamu tahu , kamu sadar pacar kamu udah gak ada , apalagi yang mau ditangisin ?! Apa yang mau diharapin ?!  Hidup itu jalan sya , kalo kamu emang udah gak mau jalan.  Kenapa kamu
 Gak berhenti aja ?! Dari pada jadi pecundang kayak gini !! Mia udah selesai, tapi kamu , Belum sya !! KAMU BELUM !! "

Isa dengan segala sesak dalam dadanya mendorong tubuh Rasya , hingga Rasya jatuh ke Kolam Renang . Air mata Isa tumpah lagi , dengan emosi yang meluap-luap dia meninggalkan Rasya yang masih melongo didalam kolam renang . Rasya masih bertanya-tanya apa begitu fatal kesalahanya hingga Isa gadis lembut itu menceburkanya ke kolam ? . Beberapa anggota keluarga yang menyaksikan itu bukanya khawatir, mereka justru tertawa melihat jatuhnya Rasya ke kolam renang.

•••


     Sore yang cerah ini tidak disia-siakan oleh Isa , dia keluar Villa sendirian . Isa tidak peduli lagi soal Rasya , keberadaanya disini untuk Sarah , bukan untuk Rasya . Mungkin Isa memang agak keterlaluan , tapi Isa sama sekali tidak merasa bersalah.  Dan tidak berniat meminta maaf , kali ini ia hanya ingin menenangkan pikiranya , Ia menyusuri setapak demi setapak jalanan yang dipenuhi hamparan kebun teh .


     Langkah  Isa  terhenti kala sesorang  memanggilnya , Rasya lengkap dengan Sweternya berjalan menghampiri Isa , Isa masih mematung tak percaya jika itu Rasya .

     "Maafkan aku ...  "

Kalimat itu yang pertama kali keluar dari mulut Rasya ketika mereka berdua berhadapan , Isa masih mematung tak percaya apa yang didengarnya

     "Aku tidak bermaksud seperti itu tadi pagi , aku hanya ingin obrolan kita
       berkembang , tidak hanya perang saat jam makan  "

Rasya berkata lagi , tapi Isa masih belum dapat mencerna semua itu . Sebelum akhirnya Rasya menarik tangan Isa , mengajaknya melangkah .

      Rasya tidak melepaskan genggamanya pada tangan Isa , hingga mereka sampai dibibir sebuah tebing . Seluruh hamparan itu adalah Teh , belum lagi bayangan indahnya gunung yang tertutupi kabut dan pemandangan Kota Bogor dibawah sana , ini adalah tempat terindah yang pernah didatangi Isa selama di Bogor.  Isa masih belum berhenti berdecak kagum . Rasya yang sepertinya sudah biasa melihat pemandangan ini , memilih duduk diatas sebuah batu besar

      "Aku sering kesini, akhir-akhir ini  "

Ucap Rasya tiba-tiba , Isa menoleh, mencibir.

     "Asal kau tidak berniat bunuh diri disini, itu tidak masalah "

Isa menjawab acuh , Rasya tersenyum getir.

    "Aku tak akan kemana-mana sebelum sarah bangun ... "

    "Apakah itu berarti kamu mau meneruskan kuliahmu saat Sarah bangun ? "

Rasya diam , Oxfordshire mungkin akan jadi pengecualian .

    "Kenapa diam ?  Kau tidak bisa ? "

Isa mengambil jeda memandang Rasya penuh tanya

   "Kalau begitu , jangan jadikan Sarah itu alasan kenapa kau jadi pecundang
    Karena kau disini tidak benar-benar mempercayai ... "

Sambung Isa, matanya kembali berpaling pada pemandangan Indah didepanya

      "Mungkin aku hanya perlu waktu ... "

Ucap Rasya kemudian, Kini giliran Isa tersenyum kecut

      "Tentu saja kau perlu waktu,asal kau tidak larut.  Dan Rasya
       Kenyataan sepedih apapun itu harus dihadapi ... jika kau
       Pernah bahagia bersama Mia, lalu kenapa kau harus merasa
       Tersakiti oleh  kenanganya ... ?
       Kenangan adalah bukti Mia pernah ada , maka bahagialah
       Dengan kenangan itu , jangan memaksa.
       Kalau sudah waktunya , kau akan tahu harus mulai dari mana
       Untuk jatuh cinta lagi kepada yang baru ... "

Rasya tertegun , kini Isa lebih mirip membacakan sebuah puisi , kalimat kalimat itu terasa sangat menyejukan ditelinga Rasya . Bagi Rasya,  Isa yang sekarang dan Isa yang mendorongnya jatuh ke kolam renang itu adalah dua sifat yang berbeda yang bernaung dalam satu raga

•••

       "Saa-Rr-rrah ...  "

Nama itu begitu sulit untuk diucapkan , seolah tidak mempercayai apa yang dilihatnya Isa mengucek-ucek matanya . Sementara Sarah , merasa namanya dipanggil dia menoleh , dengan senyum lebar dia menjawab


      "Isa ... kau sudah bangun ? "

Serta merta Isa bangun dari kasur lipatnya , melemparkan selimut tebalnya sembarang arah . Isa menghampiri Sarah , seluruh keluarga sudah berkumpul disana , kecuali Dhany yang masih tidur . Isa mengamit tangan Sarah dan mengamatinya lekat lekat

     "Kau baik - baik saja ?  Kapan kau bangun ?  Kau membuat cemas
     Banyak orang ... "

     "Aku merasa sangat baik , aku bangun sekitar sejam yang lalu
       Hanya kakak ku yang masih terjaga,  lalu dia membangunkan
       Joe dengan penuh perjuangan !
       aku melanjutkan liburan ku dengan Dhany didalam
       Mimpi,  aku masih malas kuliah ... "


Sarah kembali tersenyum lebar,  Isa kemudian teringat Dhany , dia berniat membangunkan Dhany , tapi Sarah melarangnya

      "Jangan dia butuh Istirahat ... biar jadi kejutan untuk nya saat dia bangun
       Melihat aku juga sudah bangun ... "

Sarah terdengar memohon , akhirnya  Isa pun mengiyakan saja . Tanpa ada yang tahu bagaimana hati Sarah kini terus berdebar , gemetar . Sejauh inikah Pria tampan nan pucat pasi itu mau mengikutinya ? . Rasanya seolah hatinya sedang dipompa,  melayang jauh menembus angkasa , tak peduli orang disekitarnya , Sarah terus memandangi Dhany yang terlelap .

        Canda tawa pagi buta itu mengganggu tidur Dhany , rasanya ingin sekali Ia memaki orang-orang disana seandainya Ia tidak melihat wajah itu , wajah pucat , rambut kusut yang terus memandangnya dengan senyuman . Lelah dan kantuk Dhany sirna . Dia duduk mematung , segalanya terasa hening bagi Dhany dan Sarah . Sarah memandang Lurus-lurus Dhany ,

      "Dhany , kau sudah bangun ? "

Suara itu , suara yang sangat mengganggunya saat pertama kali Dhany bertemu Sarah , dan kini segalanya berubah . Dhany mengutuk dirinya sendiri , bagaimana ia bisa sangat merindukanya , merindukan suara ini .


       Dhany menguatkan hatinya , masih tanpa ekspresi , masih tak bicara apapun bahkan tidak menjawab pertanyaan Sarah . Dia beranjak menuju tempat tidur Sarah , Isa menyingkir , dan Dhany membiarkan semua orang menontonya seperti orang Tolol.

       "Kau baik baik saja? "

Dhany membuka mulutnya saat duduk berhadapan dengan sarah . Rasa cemas masih menggerogoti hatinya , meski Sarah sudah Sadar  .

      "Sangat baik Dhany , ku dengar kau sudah dalam masa penyembuhan ? "

Dhany diam , menatap Sarah lekat lekat . Seolah Saarah adalah telaga yang sangat menyejukan  .

     "Bicaralah,  Dhahy ! . Jangan diam saja,  kau membuatku bosan "

Ucap Sarah sambil memutar bola matanya , pura pura menguap

    "Jangan tidur lagi , jangan ! . Kau sudah membuatku menunggu sangat lama
     Lebih lama dari yang biasa aku bisa.  Jangan tidur lagi, aku mohon
     Jangan ! "

Dhany mendekap erat Sarah , Sarah hanya bisa mematung . Semua bisa merasakanya , nafas kepedihan yang Dhany hembuskan disana , bagaimana Ia mempercayai Sarah tanpa henti

       Sarah mengulurkan tanganya dan mencoba membalas dekapan Dhany , matanya mulai Basah, tak terpikir sama sekali Oleh Sarah , Jika Dhany akan ada disana.  Jika Dhany akan menemaninya sejauh ini .

       "Aku tidak akan tidur lagi Dhany , setidaknya sampai nanti malam
        Sampai Joe menyuruhku , tidur . "

Senyumana Sarah mengembang disana , senyuman yang seperti pelangi . Senyum yang selalu menghiasi bibirnya , seburuk apapun kenyataan menikamnya diam-diam.

•••

      Langit Bogor tampak berkabut , gelap . Semilir dingin angin terasa menembus tulang belulang . Dari sini kota Bogor terlihat Jelas , kelap kelip lampu terlihat mengurai kegelapan , meski tetap saja Oxfordshire lebih indah baginya , bagaimanpun perih membuatnya sesak disana . Rasya tertegun , disini , di atap Villa yang selalu Ia datangi . Malam sudah larut  dan semua orang sudah terlelap , tidak dengan Rasya , pikiranya terbang seolah ingin menelanjangi kenyataan , Ya kenyataan yang mempermainkanya akhir-akhir ini .

         Kini bahagia dan kesedihan seolah saling membelakangi seperti telapak tanganya .ada batas yang tak bisa ia sejajarkan disana , Harusnya kesedihan kemarin sudah surut , karena si kecil Sarah sudah bangun kembali , tapi hatinya tak bisa ingkari , kerinduanya kepada Mia mengalahkan segalanya , semuanya kembali gelap dan suram . Ia sudah berusaha Realistis , mungkin dia hanya butuh waktu , hanya saja entah sampai kapan . Entah .

         Saat ia masuk lagi ke ruang tengah , semua orang masih terlelap , kecuali si bungsu Sarah .

         "Rasya Oppa  !! "

Sarah memanggilnya setengah berteriak , Rasya yang mendengarnya langsung menghampiri Sarah , membawa bantal dan merebahkan diri disampaing Sarah , yang duduk bersila ditempat tidurnya . Kini kabel dibadan sarah sudah berkurang hanya selang Infus yang masih menempel ditanganya

        "Apa yang kau rasakan ? "

Tanya Rasya menatap Sarah tenang.

       "Sedikit lemas , sedikit pusing , sedikit senang dan banyak rasa sedih "

       "Sedih , kenapa ? Katakan padaku ! "

       "Aku turut berduka soal Mia-Unnie , mama sudah cerita semuanya "

Rasya tersenyum getir , matanya terus menatap langit-langit ruangan . Sarah pernah bertemu dengan Mia saat liburan ke Oxfordshire , juga saat Mia berkunjung ke Jakarta , saat tahu Mia keturunan Korea , Sarah kemudian memanggilnya Mia-Unnie , panggilan dari wanita ke wanita yang lebih tua dan memanggil Rasya-Oppa , panggilan dari wanita ke Pria yang lebih tua .

       "Oppa , bicaralah . Aku akan mendengarkanya "

Ucap Sarah lirih , membujuk kakaknya .

      "Kenapa kau belum tidur ? . Kamu gak takut kalo nanti ada yang tiba-tiba
       Gelar mimbar pidato ? "

Rasya mencoba mengalihkan pembicaraan yang menyesakan dadanya itu

         "Tidak , Pak Dokter Sedang mimpi nolongin Cinderella  ,
          makanya tidurnya Pulas ! "

Rasya kembali hanya mencibir . Sarah tampak tidak puas

        "Oppa !! Kau bertele-tele !! "

        "Apa yang perlu aku katakan Sarah , aku baru saja kehilangan . Dan aku takut jika aku juga harus kehilangan kamu,  saat kamu Bangun , dan beban ku sudah berkurang ... aku sangat senang"

Ucap Rasya menatap lurus lurus si bungsu

      "Oppa , kau pasti tahu . Hidup itu selalu mempunyai dua sisi
       Kita tak akan mengenal bahagia jika tidak merasakan kesedihan
       Dan begitu sebaliknya .
       Kadang , Sesuatu yang kita pikir Tuhan berikan untuk kita
       Ternyata hanya dipinjamkan , sebagai pelajaran hidup "

Sarah mengambil jeda , matanya kosong , tapi Ia jelas melihat sesuatu .
Sesuatu yang seolah dilukiskan oleh udara disekitarnya , sesuatu yang mendesak keluar seperti , air mata .

       "Dan saat kita kehilangan , kita sedang di uji dengan bagaimana
        Cara kita menghadapinya . Tapi sekali lagi Hidup mempunyai dua sisi
        Suatu hari kita akan temukan kembali , dan kebahagiaan itu datang
        Sangat menyejukan , karena kita sudah belajar , maka kita akan tahu
        Bagaimana cara mengendalikan kebahagiaan itu agar tidak hilang"

Rasya masih diam , meresapi apa yang dikatakan adiknya .

       "Mungkin Mia-Unnie juga seperti itu , dia datang dan menunjukan
        Jalan terang untuk Oppa , oppa sudah tinggalkan semua dunia malam
        Dan saat itu tugas Mia-Unnie sudah selesai .
        Orang baik itu akan dijodohkan dengan orang baik juga
        Dan Oppa baik , maka akan mendapatkan baik pula "

Ulasan terakhir Sarah membuat Rasya mengangkat sudut bibirnya , meremehkan

        "Seandainya melupakan dan jatuh cinta kembali itu Semudah membalikan ucapan mu ra  ... "


Sarah hanya tersenyum menanggapi kakak nya

        "Jodoh itu pasti akan hadir sepaket dengan rasa cinta dan Kasih
         Bahkan mungkin saat Oppa tidak menyadarinya "

        "Kamu bilang orang baik itu dengan orang baik ? "

        "Tentu ,"

        "Apa itu berarti orang penyakitan juga dengan orang penyakitan pula ? "

Sarah melongo  , saat sarah sadar apa yang dimaksud adalah dia dan dhany.  Dia melemparkan bantal ke wajah kakaknya . Dan malam itu terasa lebih baik untuk Rasya . Ia tidak tahu persis sejak kapan adiknya bisa sebijak itu , saat Sarah terlelap, Rasya masih membolak-balikan makna hidupnya akhir-akhir ini , tanpa Sadar ada Isa dibalik semua kekacauan otaknya , Isa dan Sarah, dua gadis itu memiliki arah jalan dan perasaan yang sama .

•••

      Pagi itu terasa sangat hangat untuk keluarga Darmawan , melihat kedua anaknya terlelap bersama saling memebelakangi , membuat Ibu Darmawan meneteskan air mata , kini putra-putrinya sudah dewasa . Saling menguatkan satu sama lain .

      Sarah bangun lebih dulu dari Rasya , Dhanypun kini terlihat lebih bersemangat , Dhany berniat mengajak Sarah jalan-jalan pagi ini , dengan sigap dhany membantu Sarah duduk dikursi roda , saat Joe sudah memeriksa keadaan Sarah dan mengijinkan mereka keluar rumah , selang Infus sarah juga sudah dilepas .

       Sarah dan Dhany berjalan-jalan ringan disekitar Villa , jalanan disana Rindang banyak pohon-pohon besar dipinggir jalan dan sejauh mata memandang hamparan hijau teh terlihat . Sinar matahari menelusup melewati celah celah pepohonan . Angin terus berdesir , membawa dedaunan yang layu gugur jatuh . Musim hujan akan segera berakhir
      

       "Jadi apa rencanamu selanjutnya ? "

Tanya Dhany masih mendorong  Kursi Roda yang diduduki Sarah .

       "Entahlah , mungkin main  ... "

Jawab sarah asal

      "Jika nanti kau akan melanjutkan S2, dimana kau ingin melanjutkan ? "

      "S2 ? Aku tidak berminat "

      "Itu jika, kalau saja ,seandainya  "

Dhany menekan setiap ucapanya

      "Eemmm ... mungkin Oxford ! "

Jawab sarah bersemangat

      "Aku akan segera mengerjakan tugas akhirku , dan mengambil S2
       Aku akan meneruskan ke Oxford itu jika kau berjanji mau menyusulku
       Dan mengambil S2 disana juga ... "

Sarah tertawa dan menyahut

      "Apa kau sedang mengajaku berkencan ? "

      "Tidak . Aku mengajakmu hidup bersama ku  "

Sarah beku ! . Kini mulai lagi , hatinya berdebar-debar lebih parah . Sarah mencoba mengendalikan dirinya , karena luapan bahagia yang tidak terkira .

      "Dhany , apa kau sedang melamarku ? "

Tanya sarah menengok kebelakang dan mendongakan kepala menatap Dhany . Tak ada ekspresi yang bisa Sarah baca disana . Tapi Dhany serius dengan setiap kata-katanya

     "Seorang pria itu akan melamar gadis yang dicintainya bukan meminta
      Gadis itu menjadi pacarnya "

Dhany balik menatap sarah , dhany mengehentikan Langkahnya . Masih menatap Sarah

     "Jadi sejak kapan kau jatuh cinta padaku ? "

      "Aku  tidak tahu "

Jawab dhany singkat , karena dia memang tidak tahu sejak kapan Ia mencintai gadis ini
Dhany memutar dirinya , mengahadap sarah yang masih duduk dikursi Roda , rambut ikal Sarah berterbangan diterpa angin ,Dhany duduk bertumpang kaki didepan Sarah, mencoba mensejajarkan dirinya . Ditatapnya lekat lekat mata Sarah, seolah tak pernah puas .

      "Kadang seseorang tidak memiliki alasan untuk jatuh cinta  dan
       Tidak sadar kapan ia mulai jatuh cinta . Dan sekarang pertanyaanya
       Maukah kau hidup bersama ku ? "

Sarah masih tidak percaya,bahkan saat Dhany mengeluarkan sebuah jepitan rambut bermotif bunga , berwarna biru muda . Dhany gemetar saat menyibakan Poni rambut Sarah yang sudah melewati mata dan menjepitnya .

       "Aku bertanya padamu Nona Sarah Darmawan . Sebaiknya jawab sebelum
       Ada orang lain menjawabnya "

Dhany mencoba mencairkan suasana , Sarah tersenyum dan berkata dengan sangat yakin

        "Tentu saja aku mau, Tuan Dhany Chow ! "

       Dan hidup terus berjalan , meski sederet catatan hitam harus ikut dijalani . Tapi hidup memang selalu memiliki dua sisi , dan itu hanya akan berfungsi pada orang-orang yang mempercayai , Hidup .

* selesai *

Oleh : Rhainy Akatsuki , January 19, 2014
[Original By : ♚Rhainy Akatsuki]

Comments

Popular Posts