MOONLIGHT [EP.2]


MOONLIGHT

CERBUNG MOONLIGHT OLEH RENY MUSTIASIH


[EP.2]



Riuh redam suasana kantin depan di Artland pada jam makan siang tidak kalah dengan riuhnya suasana pasar di pagi hari. Suara tawa dan teriakan sudah biasa terjadi, terutama di meja orang-orang yang berkelompok. Tapi sepertinya hari ini lebih parah. Mereka tidak hanya saling menertawakan tetapi juga saling menjatuhkan, bahkan dengan sesama teman satu kelompok.

Di meja yang diisi oleh beberapa murid perempuan yang populer dari kelas teater misalnya, mereka memang tertawa dan terlihat menikmati obrolan mereka. Tapi sebenarnya mereka sudah mulai bersaing dan saling menjatuhkan secara mental untuk membuat satu sama lain tidak percaya diri. 

Persaingan macam ini bukan hanya terjadi diantara murid kelas teater, tapi seluruh murid di Artland setiap menjelang Festival Tahunan. Mereka telah berlomba jauh sebelum perlombaan itu resmi di adakan.

Berbeda dengan meja yang diisi oleh beberapa murid tahun akhir dari kelas Sastra. Mereka malah sudah melupakan perlombaan itu bahkan saat murid-murid lain baru memulainya. 

Karena kelas sastra mendapatkan giliran lomba paling pertama, lomba naskah. Siapapun yang memenangkan lomba naskah ini, dia adalah yang ceritanya akan di angkat menjadi pertunjukan utama di malam puncak Festival, akan diperankan dan di kerjakan oleh murid dari berbagai kelas di Artland. 

Dan dengan di umumkannya pemenang lomba naskah, maka secara resmi perlombaan dimulai. Artland biasanya melakukan pesta pembukaan untuk menandakan lomba telah resmi di adakan.

Jadi apa festival tahunan itu?

Festival tahunan di Artland adalah sangat penting untuk seluruh murid. Festival tahunan adalah sebuah pintu menuju kelulusan bahkan jika kamu baru saja mulai kuliah. 

Festival tahunan adalah jalan pintas menuju mimpi. Hanya di festival ini junior bisa mempermalukan senior, atau senior semakin memperpanjang masa jayanya. Festival tahunan adalah satu bulan penuh dengan kejutan.

Tidak ada yang mau melewatkan moment ini. Karena mereka masuk Artland pasti karena sebuah tujuan bukan hanya untuk menghamburkan uang karena biayanya yang mahal atau menghabiskan waktu dengan sengaja mengulur-ulur mimpi. Setiap orang yang memilih Artland adalah karena mereka percaya mimpinya akan menjadi nyata.

Tapi sepertinya harus ada pengecualian untuk Laras dan Randi.

Tidak ada yang tahu apa motivasi mereka memilih Artland selain untuk menghabiskan uang orang tua. Setidaknya itulah kalimat yang sering di tuduhkan oleh teman-teman dekat mereka. Tapi sepertinya Laras dan Randi tidak terlalu peduli akan tuduhan apapun yang di tunjukan kepada mereka. 

Laras dan Randi telah mendapat predikat “Mandul” dari banyak orang di kelas sastra, karena hingga tahun ketiga mereka di kampus ini sama sekali tidak tertarik dengan berbagai macam huru-hara festival tahunan.
Ini adalah tahun ketiga bagi Laras dan Randi belajar di Artland dan menjadi pertama kalinya bagi mereka mengikuti kompetisi ini.

🌙

Laras berjalan manis menuju meja teman-temannya, kali ini rambutnya dikuncir kuda. Sedikit lebih baik, meski lingkar matanya hitam seperti biasa. “Ini dia pemenang kita tahun ini!” seru Doddi Wibowo begitu Laras menjatuhkan dirinya di kursi sebelahya.

“Kerja sama bareng Randi itu sama aja kayak kegagalan yang terencana!” sahutnya melirik Randi yang duduk di depannya. Membuat Randi mendelik, “Sial”.

“Ini Via kemana?” tanya Laras mengedarkan pandangannya kepada tiga pria di sekitarnya.

Doddi hanya menggeleng. “Tahu… tumben dia telat makan siang” sahut Randi.

“Iya dia kan telatnya kalo belajar aja” sambung Gilang Sucipto yang asik dengan Gadget di tangannya. Sementara makanannya utuh di piring. 

Dan untuk lebih jelasnya, Gilang dan Doddi bukan murid kelas sastra. Doddi adalah musisi dan Gilang fotografi. Ini adalah pertemanan lintas kelas yang paling awet sepanjang tahun.


 Beberapa alasan yang membuat mereka betah satu sama lain adalah karena mereka tidak harus bersaing di manapun. Karena jujur saja, persaingan sesama murid kadang membuat beberapa orang tertekan. Tidak heran karena di Artland memiliki tingkat persaingan untuk saling menjatuhkan yang cukup tinggi.

“Eh… kalian pesta pembukaan datang?” tanya Doddi.
“Datang dong!” jelas Gilang dan Laras membenarkan dengan menganggukan kepalanya setuju.

 Randi yang melihat ekspresi yakin di wajah Laras mulai mengolok-olok.
“Kamu ngapain datang? Kayak menang lomba aja. Atau mau merayakan kekalahan eh?”

Laras tertawa bodoh dan sadar jika Randi benar. Seumur hidup mereka tidak pernah ikut kompetisi apapun. 
Keikut sertaan mereka tahun ini adalah lima puluh persen dari kesadaran Randi di tambah lima puluh persen dari kesadaran Laras tentang masa kuliahnya yang tak berguna. 

Mereka tidak tahu pasti seperti apa tepatnya persaingan dalam lomba itu, tapi menurut Via, saat kamu ikut lomba ini berarti kamu telah siap melawan semua orang di kelas sastra. 

Mengingat hal itu Laras bergidik. Ia mengurungkan niatnya untuk datang, “Nah! Randi benar. Aku tidak akan datang kalau kalah” ucapnya bergidik ngeri, “bahkan menangpun tidak!” tambah Laras sembari terus menggelengkan kepalanya. 

Tapi Gilang tidak setuju,
“Itu namanya kamu gak sportif dong Ras”

“Gak apa-apa deh, aku belum siap jadi pusat kemarahan orang satu fakultas” Laras bergidik lagi.

“aku pernah kalah tapi aku tetap datang” Gilang belum mau berhenti mendebat. “Kamu banyakan menangnya dibanding kalahnya lang!” Laras memukul pundak Gilang.

“Anggap aja ini yang pertama dan terakhir kamu datang di pesta pembukaan” Doddi ikut menyela. 

Laras tampak berfikir. “Ini lomba macam apa sih? Kalah menang kok menjebak!” seru Laras. 


Sementara ketiga pria di sekitarnya tertawa. Laras tidak pernah merasa siap untuk menjadi pusat perhatian, menurutnya. Nyatanya ia selalu menjadi perhatian banyak orang entah ia sadar ataupun tidak. 

“Kita akan datang kalah atau menang, untuk yang terakhir” sahut Randi menengahi. Laras seoleh tersihir dan langsung percaya, Ia pun mengangguk setuju.

Laras dan Randi mereka dekat semenjak duduk di kelas sastra. Sadar memiliki kepribadian yang hampir sama , cara pemikiran yang hampir sama dan sama-sama sedikit anti sosial membuat mereka dekat sampai sekarang. 

Biasanya Randi akan menurut saja kalimat Laras atau sebaliknya. Mereka bukannya murid yang tidak memiliki kemampuan. Mereka mampu, tapi dibanding ikut kompetisi di kampus, mereka lebih suka membuat dan menjual karya sendiri. Itu kenapa Laras dan Randi masih saja menjadi pusat perhatian meski tidak aktif di kampus.

Mereka memiliki hubungan, mereka berdua mengakui hal itu dan teman-temannya pun sadar akan hal itu. Tapi bukan hubungan yang melibatkan cinta orang dewasa. Mereka berdua lebih suka menamai hubungan mereka sebagai rasa saling mempercayai. Mengingat begitu sedikitnya orang yang dapat di percayai di lingkungan seperti ini.

Dan dari sisi keluarga Randi dan Laras cocok lagi. Laras sendirian, orangtuanya telah meninggal. Ia memiliki seorang kakak lelaki bernama Nicolas Airlangga dan seorang Kakek yang menetap di Paris. Kenapa Laras di Bogor?. Karena Ibunya asli Bogor dan kedua orang tuanya di makamkan di Bogor. 

Tapi lebih tepatnya, kenapa Laras di Bogor adalah karena Ia keras kepala. Ia kekeuh ingin tinggal di bogor saja. Yang menyulitkan kakak dan kakeknya, mereka harus selalu cemas dan curi-curi waktu untuk menjenguk Laras.

Sementara Randi… anak brokenhome. Ayahnya pengusaha, ibunya juga. Karena terlalu sibuk, komunikasi mereka berantakan. 

Setelahah tidak bisa mengurus Randi, orangtuannya justru memilih cerai. Dan Randi masih menganggap kedua orang tuannya terlalu Naif. Karena setelah sibuk dengan urusannya sendiri justru mereka kini cerai, bukannya memperbaiki kesalahan mereka. 

Randi ataupun Laras setuju, jika orang di sekitar mereka boleh lebih tua. Tetapi bukan berarti mereka lebih benar.

🌙

Olivia Charles berlarian tidak keruan menembus keramaian kantin. Rambut sebahunya berantakan dan tangan kanannya memegang selembar kertas yang Ia robek dari papan pengumuman. 

Rasanya ia sangat bersemengat hari ini. Ia terbayang wajah Laras dan Randi dan siap mengoceh pada kedua orang itu habis-habisan. Dan Ia berharap akan ada Doddi dan Gilang disana yang akan membelannya.

Tidak sia-sia semua terlihat seperti apa yang di bayangkan saat menuju kantin. Doddi, Randi, Gilang dan Laras mereka disana, di tempat biasa mereka berada. Dalam satu helaan nafas Via berteriak, 

“LARAAASSS KAMU MENANG!”


Sontak semua orang menoleh ke arah Via, dan Via tidak peduli. Yang jelas ia senang karena Randi dan Laras menjadi pemenang lomba naskah. 

Laras berdiri ingin menanyakan apa yang terjadi, tapi Via justru memeluknya erat dan mulutnya penuh doa dan suka cita, “Selamat ras kamu menang. Liat kamu menangkan. Aku sudah bilang, kamu itu pasti menang!”. 

Laras tak kalah antusias “Beneran?”. Ia mengambil kertas yang di bawa oleh Via dan menutup mulut tidak percaya. Proyek iseng-iseng berhadianhya dengan Randi justru menang lomba.

Doddi merebut kertas itu, “Kamu bahagia banget ya vi sampai kertas ini kamu robek begini?”. Via hanya tertawa garing.

 “Kamu harusnya ngasih aku ucapan selamat juga dong” Randi mulai protes “Laras gak akan menang kalau gak aku bantuin!” Imbuhnya. Laras mendelik. Via tertawa. 


“Anak baik sini beri aku pelukan!” ucap Via. Seperti biasa, seperti seorang Ibu. Dan Randipun memeluk Via, berterimakasih.

“Ini jurinya bisa bertanggung jawabkan kalau ada gugatan?” Sela Gilang yang berlagak meragukan kemenangan Laras dan Randi. Laras mendelik lagi, “Sialan!”. Gilang tertawa dan mereka mulai memeluk satu sama lain sebagai ucapan.

Laras dan Randi di nyatakan menang, banyak orang bersuka cita dan menarik nafas panjang. Perlombaan sesungguhnya segera dimulai tepat saat dinyatakan menangnya Randi dan Laras dalam perlombaan naskah. 

Laras dan Randi menjadi pembicaraan hangat hari ini , bahkan hingga akhir tahun ajaran ini. Hingga festival benar-benar berakhir. Mereka  berdua banyak mendapatkan ucapan selamat kemanapun mereka berjalan di kampus ini. 

Dan kabar ini sampai kepada Lucky yang masih dalam masa adaptasi di hari ketujuhnya di kampus ini. Ia belum melihat Laras sejak hari pertamanya. Tapi kini ia tahu lebih banyak tentang Laras, lebih mudah. Tanpa mengganggu proses belajarnya, karena kini semua orang di penuhi oleh Laras dan Randi.

***
 _________________________________________



<< PREVIOUS : MOONLIGHT Eps.1

_________________________________________



Judul : MOONLIGHT
Oleh : XXXRERAIN
Keterangan : Cerbung
Ganre : Fantasy, Romance,
Update : Sabtu

Comments

Popular Posts