Karena Tahu Satu Halaman, Bukan Berarti Tahu Seluruh Isi Buku.


waterdrops

Karena Tahu Satu Halaman, Bukan Berarti Tahu Seluruh Isi Buku.



Kadang, ada beberapa orang yang bertanya tapi berakhir saya biarkan saja. Karena tahu kemana arah pembicaraan itu. Belakangan, begitu banyak orang membersihkan rumahnya sendiri, tetapi membuang kotoran sembarangan. 

Sungguh, kalaupun tahu satu cerita tentang keadaan seseorang, belum tentu kamu tahu seluruh cerita hidupnya. Karena kita tahu satu halaman, bukan berarti tahu seluruh isi buku.

Kita, gak pernah tahu apa yang sudah oranglain lewati. Kita tidak bisa menilai secara keseluruhan, hanya karena mereka salah dalam satu hal atau baik dalam satu hal. Lebih tepatnya, kita tidak punya kewenangan untuk menilai atau lebih parahnya, menghakimi.

Bukankah dalam kejahatan juga ada kebaikan? Seperti Jahatnya seorang preman tapi berbakti pada ibu. 
Bukankah dalam kebaikan juga ada kejahatan? Seperti baiknya orang dermawan tapi mencuri? 

Apa alasan yang sudah membuat diri ini baik? atau hanya "merasa" baik? 

Penghakiman, akhir-akhir ini telah membunuh karakter seseorang. Dan efeknya bahaya sekali. Mereka bisa kehilangan kepercayaan diri atau bahkan keinginan untuk terus hidup. Tolong, jangan bilang kalau penghakiman yang kalian katakan itu sepele, karena laut dapat diukur kedalamannya, tetapi hati manusia ... sama sekali tidak.

Lihat betapa banyak orang sombong karena telah merasa bisa.
Sombong karena telah pintar, sombong karena telah kaya, atau sombong karena merasa suci.

Karena pintar, lalu kita menghina yang bodoh, lalu dimana letak kepintaran itu?
Kaya, lalu kita menyia-nyiakan yang miskin, lalu dimana letak kekayaan itu?
Mengerti agama, lalu kita merasa suci dan memandang orang lain penuh dosa, lalu dimana letak mengerti agama itu?

Bukankah, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi oranglain?

Bukankah kepintaran adalah untuk dimanfaatkan untuk mencerdaskan oranglain?
Kekayaan digunakan untuk memberdayakan oranglain?
Dan mengerti agama digunakan untuk mengajak oranglain ke jalan yang lebih baik?

Tidak ada, dalam ajaran benar manapun, yang mengajarkan kita untuk pintar, lalu membodohi orang bodoh,
Karena kita kaya lalu menindas yang miskin,
Karena kita tahu agama lalu merasa lebih baik dari oranglain, tidak.

Semua itu seharusnya menjadikan kita diri yang lebih bijaksana, dermawan dan rendah hati.

Sayang sekali. Sangat sayang sekali. Begitu banyak orang pintar hanya menyalahkan, betapa banyak orang kaya hanya untuk menipu dan betapa banyak orang yang mengerti agama hanya membuat mereka merasa suci, bukan rendah hati.

Mari kosongkan gelas, jangan menilai buku dari sampulnya, jangan menjadi orang yang justru buta karena ilmu pengetahuannya. 
Jangan menjadi tiran yang kejam karena kekayaannya. Dan orangsuci, berapa banyak orang yang merasa suci telah disesatkan oleh kesombongannya.

Dibanding menghakimi, menilai, ada banyak orang butuh pertolongan diluar sana. Ditolong agar menjadi lebih cerdas, ditolong agar menjadi lebih berdaya atau ditolong untuk menjalani hidup dengan cara yang lebih baik. 

Mari intropeksi diri kembali, sudah benarkah diri ini? apa kiranya patokan kita menjadi merasa lebih dari oranglain? 

Kita semua manusia yang terbuat dari tanah. Yang pintar dari tanah, yang bodoh dari tanah, yang miskin dari tanah, yang belajar agama dan tidak juga berasal dari tanah. Kewenangan untuk menilai dan menghakimi adalah kewenangan Tuhan.

Kita membantu dan berbagi, tetapi tidak untuk menilai oranglain secara keseluruhan.

Rerain



Comments

Popular Posts