My 30

 


Dari lubang gelap yang dalam, aku menyeret diriku sendiri untuk terus berjalan, mencari jalan ke luar.
Dengan luka di mana-mana, di setiap sisi diriku, aku memaksa tubuhku untuk terus merangkak agar aku dapat ke luar.
Dengan ketidak-tahuanku, aku terus berusaha menterjemahkan bahasa-bahasa semesta yang telah begitu garang kepadaku sejak aku masih sangat muda.


Aku tidak mengatakan jika aku sudah di sana, 
atau aku sudah sampai. 
Tapi paling tidak, akhirnya aku bisa melihat ke luar, dan ke belakang.
Melihat aku yang dulu sendirian,
Melihat aku yang dulu kewalahan berusaha menutupi luka-lukaku, agar darah tidak terus berceceran.
Melihat hal-hal yang sebelumnya tak dapat aku lihat, karena terus sibuk bertahan.


Aku akhirnya bisa melihat hari kemarin.
Ya, kemarin.
Seakan aku sudah berada di ujung hari, dan bersiap untuk besok.
Setelah semua hal-hal sialan ini, aku akhirnya bisa melihat jika waktu memanglah berputar.


Aku akhirnya mengerti.
Hal-hal yang sebelumnya aku tak mengerti, karena terus sibuk memikirkan harus dengan cara apalagi aku akan bertahan.
Sebuah perasaan lega yang aneh dan sangat menyedihkan. 
Begitu menyedihkan hingga aku ingin memeluk diriku sendiri . . . dengan bangga.


Mulai sekarang, berbahagialah.
Untuk setiap hal gila yang pernah kamu lalui,
Untuk setiap goresan luka yang masih membekas di kulitmu, 
Untuk jejak-jejak darah, dan air mata yang masih basah,
Berbahagialah.
Kamu adalah salah satu hal berharga yang telah diciptakan oleh Tuhan untuk tinggal di dunia-Nya.
Ber-bahagia-lah dengan bangga, Re.

Comments

Popular Posts